Astronomi dan Qur’an

Versi Juni 2006

 

 

Beberapa orang Islam mengatakan bahwa Qur’an berisikan kebenaran yang ilmiah tentang orbit matahari, bulan, (dan beberapa planet). Saya tertarik dalam penelitian ini, dan kita akan menggunakan bebarapa tahapan dan tikungan-tikungan sebelun sampai pada kesimpulan akhir. Tetapi garis dasarnya adalah: kecuali orang Islam memandang hal ini sebagai tampilan bahasa, maka hal ini atau ayat ini akan disangkal, karena tidak membuktikan ketelitian ilmiah dari Qur’an.

 

Sura 36:37-40 mengatakan,”dan tanda bagi mereka yaitu malam: kami meninggalkan hari ini dan  mengamati mereka digelapnya malam; 38 dan matahari mengalirkan sinarnya selama satu periode yang telah ditentukan; itulah sabda (Tuhan), Maha Agung Tuhan, Maha Tahu Ia. 39 dan bulan yang kami telah ukur untuk kerajaanya (yang melintang) sampai kembalinya seperti layunya bagian tangkai yang lebih rendah. (40) Tidak diizinkan untuk matahari menangkap bulan, ataupun  malam yang melebihi sebuah hari: Setiap planet (hanya) berputar diorbit(nya).” (terjemahan Yusuf Ali, edisi asli) [kata yang ditanda kurung adalah seperti itu aslinya]

 

Beberapa orang Islam menandakan satu hal “matahari mengeluarkan sinarnya selama satu periode yang telah ditentukan” dan kata”orbit” pada akhir kalimatnya. Namun, kita tidak dapat membuat terlalu banyak orbit matahari karena terjemahan Yusuf Ali mempunyai catatan kaki (17) yang dikatakan disana yaitu “sirkuit, rangkaian”. Lebih lanjutnya, edisi revisi Yusuf Ali mengatakan “tempat berakhirnya “yaitu “periodenya”

 

 

Sebebas apakah orang Islam dapat menterjemahkan Qur’an?

 

Situs Sufi http://www.sufi.co.za/modern_science_and_islam.htm secara lebih jelas mengatakan,

“Semua ini, baik alam semesta dan luar angkasa (yaitu planet) dan mereka semuanya itu berputar secara bersamaan dalam orbit mereka (atau pada garis axisnya) dimana mereka akan mengambang dihampa udara”. (Ansari)

 

Ini menambahkan kalimat” (semuanya itu adalah planet)” dan “(atau berada diaxisnya)” dalam tanda kurung, karena kata-kata ini tidak ada dalam bahasa Arabnya. Maka lupakanlah sejenak hal ini yang mana banyak terjemahan yang lepas, dan tanyakanlah “apa yang diajarkan Sura 36:37-40? Dibawah ini terdapat tiga kemungkinan jawabannya:

 

Orbit Bulan dan Matahari: Qur’an mengajarkan bahwa matahari dan bulan bergerak dalam orbit secara terus-menerus mengitari bumi dan bagiannya, sesuai periode yang telah diciptakan.

 

Mengorbit pada tempat terakhirnya: matahari mengorbit melintasi langit selama satu hari, dan pergi ke tempat istirahatnya pada malam hari, kembali lagi seperti yang dilakukan sebelumnya. Seperti juga bulan mengorbit sesuai dengan jalurnya.

 

Tampilan Bahasa: sama seperti sebelumnya, tapi pada hal ini lebih ditekankan pada bagaimana sesuatu ada, bukan bagaimana mereka sebenarnya ada.

 

Mari Kita Kembali ke Bahasa Arab

 

Orbit: Yusuf Ali mendiskusikan kata dalam bahasa Arab ini dlam sebuah pertanyaan  dalam catatan kaki 3988 pada hal.1326. Ia mengatakan,” Mustaqarr  yang berarti: (1) waktu yang terbatas, waktu yang telah ditentukan, seperti dalam vi, 67, atau (2) sebuah tempat peristirahatan atau tempat yang tenang; atau (3) sebuah tempat hunian, seperti dalam ii. 36. Saya  pikir arti yang pertama merupakan hal yang paling dapat diaplikasikan pada hal ini, tetapi beberapa komentator memilih arti yang kedua. Dalam hal ini arti yang mirip akan menjadi sesuatu seperti matahari yang berlarian dimana kita dapat melihatnya melalui sinarnya, dan bersitirahat pada malam hari untuk mempersiapkan dirinya untuk memperbaharui orbitnya pada hari berikutnya. Ia tinggal berlawanan dengan kita seperti wkatu istirahatnya.”

 

Gerakan/Rotasi: yasbahuna dapat berarti mempercepat, walaupun arti yang paling mendekati adalah berenang (bergerak sesuai orbit).

 

Berenang/Rotasi: Seorang komentator Islam terkenal Ibnu Taymiyah (meninggal 1328 AD) menuliskan, “benda angkasa berada mengitarinya (istidaaratul-aflaak)- seperti yang dikatakan oleh ahli perbintangan dan matematika (ahlul-hay’ah wal-hisab).....  [kata] falak [dalam bahasa Arab] berarti bahwa itu mengitari” (Majmu’ul-Fatawa vol. 6, hal. 566-567)

 
Hal ini bukan sebuah “keajaiban yang ilmiah” bahwa matahari dan bulan “falak”karena
a)      Kata dalam bahasa Arab untuk bumi yang mengorbit pada matahari bukan falak tetapi mahrek
b)      Kata falak tidak berasal dari Qur’an, kata itu adalah dari bahasa asing. 
 
Seseorang yang berkontribusi pada hal berikut ini: “Akar [bahasa Arab – falaka] …dari akar kata tradisonal yang sama kita dapatkan [bahasa Akadia -- pilakku]; [bahasa Ibrani -- pelek]; [bahasa Arab -- falkatun], semua arti  ini membingungkan, dan dari turunan yang berbeda [bahasa Arab -- falakun]; [bahasa Etiopia -- falaka] untuk ruang angkasa. Maka ahli filologi berusaha keras untuk menurunkan [Arabic -- falkun] dari akar katanya, dengan membayangkan hal ini mempunyai nama seperti bentuk orbitnya.”
 
Juga, kata falak digunakan oleh orang Arab, sebelum zamannya Muhamad, untuk mengartikan perjalanan benda-benda angkasa dalam “kubah langit”. Orang-orang pada zaman sebelum, dan pada saat Muhamad ada, percaya teori Aristoteles tentang alam semesta dimana bumi merupakan pusat dan dikitari oleh tujuh benda bulat kubah. Dan benda angkasa dipercaya bergerak dalam daerah ini, atau daerah mereka sendiri yang dipercaya bergerak dalam satu orbit. Faktanya bahwa Qur’an berkata tentang tujuh langit yang mengartikan bahwa “perbintangan”Muhamad sesuai dengan Ptoleamic dan teori Aristoteles, dimana dipercaya menjadi sebuah fakta dalam sejarah.

 

Kesimpulan saya (sejauh ini): sementara bahasa Arab masih samar-samar, kata-kata ini mengatakan tidak mengatakan nenek moyang sebelum Muhamad tdak mengatakan hal ini sebelumnya.

 

Namun, jika kita berasumsi bahwa Muhamad dan pengikutnya dapat mengerti Qur’an (sebuah asumsi yang aman), dan bahwa pandangan ilmiah Qur’an cukup konsisten, dan sekarang kita telah mempunyai dua jalan untuk sampai pada kesimpulan yang masuk akal. Pertama, apa yang dikatakan umat Islam awal  tentang ini, dan kedua, apa yang Qur’an katakan secara keseluruhan.

 

Apa yang Muhamad dan Umat Islam Awal katakan tentang Matahari?

 

Kemana kamu akan pergi demi menemukan arti Qur’an yang sebenarnya? Zamakhshari?al-Tabari? Badawi? Jika kamu adalah umat Islam pada masa awal, kamu bisa langsung bertemu dengan Muhamad sendiri! Inilah penjelasan yang dijelaskan oleh Muhamad menurut Bukhari dan Al-Tabari.

 

“Diceritakan oleh Abu Bakar: Nabi menanyaiku sewaktu matahari terbenam, ‘Apakah kamu tahu kemanakah matahari pergi setelah ia terbenam? Aku menjawab, Allah dan RasulNya lebih tahu, bukan!’. Ia mengatakan, ‘Ia pergi (seperti:bepergian) sampai ia lelah dan bersitirahat ditahta singgasana, dan keesokan harinya bersinar atau terbit kembali, dan hal ini diperbolehkan dan mereka (waktu yang akan datang ) dimana akan melelahkan matahari namun kelelahannya itu tidak akan dapat diterima,…” Bukhari vol.4 buku 54 bag.4 no.441 hal.283

 

Terjemahan lain dari halaman yang sama dari al-Bukhari dikatakan:

“Abzur Gifari menceritakan: suatu hari Nabi Muhamad bertanya pada saya,’Abzar apakah kamu tahu terbenam kemana matahari pergi? Saya menjawab,’saya tidak tahu, hanya Allah dan Rasullulah-lah yang tahu itu.’ Lalu Nabi menjawab,’setelah terbenam, matahari kelelahan dan beristirahat di tahta Allah atau Aro’sh Allah dan menunggu perintah Allah untuk terbit kembali di Timur. Jika hari yang akan datang dan matahari tidak mendapat izin dari Allah untuk terbit kemabali dan hari itu adalah Kiamat yang akan tiba dibumi”.

 

al-Tabari vol.1 hal.231mengatakan,” saya bertanya pada Utusan Allah [Muhamad] ‘kemana matahari terbenam? Ia menjawab: ‘Ia bersembunyi di langit dan nanti dari langit ke langit akan bersinar kembali sampai ia akan terbit di tempat yang tertinggi, tujuh langit. Akhirnya, ketika ia telah bersandar ditahtaNya, ia terjatuh dan menentramkan dirinya, dan malaikat yang bekerja bersamanya juga ikut beristirahat. Matahari lalu mengatakan, Tuhanku, kapan kau akan memerintahkan aku untuk terbit, dari saat aku terbenam atau dari saat aku biasa terbit? Ia melanjutkan. Ini adalah Firman Tuhan,’dan matahari: ia berlari ke tempat ia tinggal (di malam hari) dimana yaitu tahta singgasana – ‘itulah yang difirmankan oleh Tuhan yang Maha Tahu dan Maha Esa dengan “ini”berarti aturan dari kuasa Tuhan sendiri, Tuhan yang Maha mengetahui tentang ciptaanNya. Ia melanjutkan. Gabriel membawakan pada matahari pakaian yang berkilau dari cahaya kerajaan Surga, yang dilakukan untuk menghitung waktu dalam sehari. Matahari akan lebih lama di musim panas dan mempunyai waktu yang pendek saat musim dingin, dan mempunyai waktu terbit yang tidak terlalu panjang atau pendek saat musim gugur dan musim semi. [mode musim smei, gugur, dan musim dingin!] Ia melanjutkan. Matahari meletakkan pakaian itu, seperti daripadamu yang meletakkan penutupnya. Lalu, matahari bebas menjelajahi udara atau langit sampai ia terbit saat waktunya…hal yang sama juga terjadi pada bulan saat ia mulai timbul… Tetapi Gabriel membawakan pakaian untuk bulan dari terang ganjalan kaki. Ini berarti Tuhan berfirman ‘Ia membuat matahari dengan kilauan cahayanya dan bulan dengan terang benderangnya.”

 

Matahari dan bulan merupakan tanda Allah. Abu Dawud vol.1 buku 2 no.1173 hal.304;

Sunan Nasa’i vol.2 no.1462,1464 hal.272; vol.2 no.1465,1466 hal.273; vol.2 no.1475 hal.278vol.2 no.1477 hal.280; vol.2 no.1481 hal.283; vol.2 no.1485-1486 hal.286-287; vol.2 no.1488-1489 hal.287,289; vol.2 no.1500 hal.297; vol.2 no.1502 hal.299; vol.2 no.1505 hal.300; vol.2 no.1506 hal.301

 

Du al-Qarnain (Zulkarnain) “menyaksikan matahari terbenam di tempat peristirahatannya kedalam kolam hitam dan banyak lumpur” al-Tabari vol.5 hal.173-174 (Lihat Sura 18:82-97)

 

al-Tabari vol.1 hal.234 juga menyebutkan bahwa matahari terbenam dalam mata air yang keruh. Kata “keruh” disini berarti hami’ah yang berarti tanah yang hitam pekat, tapi hammiyah merupakan kata yang sama yang dapat berarti panas. (lihat  catatan kaki 442 hal.234)

 

“Ia [Muhamad] melanjutkan. Ketika matahari terbit, ia akan terbit melewati kereta pertempuran yang diisi oleh 360 malaikat…Ketika Tuhan mencoba unutk menguji matahari dan bulan, lalu menunjukkan pelayanNya sebuah tanda dan meminta mereka untuk berhenti mengacuhkanNya dan mulai untuk menurut, matahari terjatuh dari kereta dan masuk ke dalam lautan yang dalam, yang mana itu adalah bulatan. Ketika Tuhan ingin menambah signifikansi dari tanda dan menakuti pelayanNya beberapa kali, dan semua matahari berjatuhan, dan tak ada satupun yang ada di kereta. Ini merupakan gerhana matahari total, ketika hari mulai gelap dan bintang akan bermunculan.” al-Tabari vol.1 hal.236

 

Apa yang Muhamad dan Umat Islam Awal katakan pada kita tentang Surga?

 

Nabi [Muhamad] menjawab: ‘Ali, mereka merupakan lima bintang: Jupiter (al-birjis), Saturnus (zuhal), Merkurius (utarid), Mars (bahram), dan Venus (al-zuhrah). Kleima bintang ini timbul dan berlarian seperti matahari dan bulan dan melakukan orbit bersamaan. Semua bintang yang ada bergantungan dari surga (langit) seperti lampu dari mesjid,…” al-Tabari vol.1 hal.235-236

“Tuhan menciptakan lautan tiga fasrakhs (18 km) yang letaknya jauh dari surga. Gelombangnya yang berisi, dan tetap berdiri diudara sesuai dengan perintah Tuhan. Tidak ada yang bocor dari gumpalannya itu. Lautan yang luas itu bergerak, namun alirannya itu cepat seperti anak panah. Dimana memang mereka dapat bergerak bebas di udara, seakan untaian tali yang dikendurkan yang terbentang dari barat sampai ke timur. Matahari, bulan, dan bintang –bintang besar (5 planet) berlarian dalam gelombangnya yang sangat dalam. Ini (diartikan oleh) Firman Tuhan: ‘Setiap dari mereka berenang atau mengorbit dijalurnya.’ ‘Jalurnya itu merupakan perputaran keretanya dalam gelombang yang besar dan dalam dari lautan itu.” al-Tabari vol.1 hal.235

 

Kesimpulan dari Umat Islam awal: matahari secara tata bahasa akan pergi ke tempat istirahat di malam hari, dan matahari dan bulan secara literatur “berenang” dalam lautan luas yang ada di langit.

 

Apa yang dikatakan oleh Qur’an?

 

Perlu dicatat bahwa jumlah ayat-ayatnya berbeda – beda dalam tiap-tiap terjemahan Qur’an. Jumlah ayat-ayat dan kutipan ini berasal dari Yusuf Ali (edisi revisi). Saya telah membenarkan garis besarnya.

 

Sura 20:53 “Ia yang telah membuatkanmu bumi ini seperti sebuah permadani yang terbentang luas”

 

Sura 50:7 “Dan bumi ini –telah kita bentangkan4946, dan dibangunlah gunung-gunung…” catatan kaki 4946 dalam terjemahan Yusuf Ali mengatakan, “Cf. xiii 3; dan xv 19 dan n 1955. Bumi merupakan hal yang melingkup, dan juga terbentang luas sebagai suatu bidang yang lebar dan luas, seperti karpet yang tidak goyah dengan ditambahkan beban dari gunung-gunung.” Maka terserah anda apakah anda percaya bahwa ini mengajarkan bahwa bumi ini rata atau tidak, namun Yusuf Ali setidaknya telah mengatakan bahwa dalam ayat ini dikatakan buni itu rata.

 

Sura 67:15 “Itu adalah Dia yang membuat bumi ini dapat diatur 5571…” Terjemahan lain mempunyai “tingkatan”. Catatan kaki dari bukunya Yusuf Ali 5571 mengatakan, “Zalul digunakan dalam ii 71 untuk binatang yang terlatih dan penurut: inilah yang biasanya untuk merubah bumi atau dunia, dan saya telah menerjemahkannya menjadi ‘dapat diatur’…”

 

Sura 71:15 “‘Lihatlah bukan pada bagaimana Allah menciptakan tujuh tingkat langit atau surga yang saling berada diatas yang lainnya ‘Dan juga membuat terang bulan di tengah pancarannya, dan juga matahari sebagai sebuah lampu yang agung?”Walaupun diperbolehkan bahwa ini meruapakan bahasa yang ada, namun tidak ada isyarat tentang pengajaran astronomi modern.

 

Sura 71:19 “‘Dan Allah telah menciptakan bumi ini untukmu seperti sebuah karpet (membentang), 5718…” catatan kaki dalam terjemahanYusuf ‘Ali 5718 mengatakan, “cf. xx 53.

 

Sura 78:6-7 “Pernahkah Kami [Allah] membuat bumi bukan seperti bidang yang luas5890 dan gunung-gunung tidak seperti pasak?” catatan kaki dari terjemahan Yusuf Ali 5890 mengatakan, lihat n. 2038 sampai xvi. 15 Cf. juga xiii. 3 dan xv 19. Luas ukuran bumi dapat dibandingkan dengan sebuah karpet atau permadani dan gunung seperti pasak…”

 

Zulkarnain dalam Sura 18 dan ilmu perbintangan

 

Sura 18:85-86 “Satu hal yang ia [Zulkarnein] ikuti, sampai, pada ketika ia mencapai letak matahari, ia menemukan bahwa matahari berada di sumber aiar yang suram: didekatnya ia menemukan banyak orang: Kami [Allah] mengatakan: Zulkarnain! (walaupun kau telah mempunyai wewenang) untuk menghukum mereka, atau memperlakukan mereka dengan baik.”Suram” juga telah diterjemahkan sebagai “keruh” dan “hitam”. “sumber dari air…” juga telah diterjemahkan sebagai “sumber”. M.H Skahir menterjemahkan ini sebagai “laut hitam”.

 

Sura 18:89-90 “Lalu ia [Zulkarnain] mengikut pada jalan lain, sampai ketika ia mendatangi matahari yang sedang terbit, ia menemukan matahari terbit diatas kepala manusia yang mana diketahui tak ada yang dapat melindungi atau mengumpat dari matahari.

 

Para komentator Islam membedakan secara tepat siapakah Zulkarnain [orang bertanduk dua] itu. Beberapa orang berpikir ia adalah Alexander Agung, beberapa yang lain berpikir bahwa ia adalah Cyrus dari Persia, dan menganggap ia adalah raja Yemeni. Tapi semuanya itu bukanlah masalah. Bagaimanapun juga, Zulkarnain telah dapat sampai ke tempat dimatahari terbit. Hal ini juga mendukung sebuah teori kosmologi bahwa bumi itu rata yang ada dalam Qur’an. Lebih jelas lagi, ia pergi ke tempat dimana matahari terbenam, dan menemukannya bahwa matahari terbenam di sumber air yang keruh.

 

Jika anda bertanya pada seorang astronom apakah matahari tenggelam di sumber air yang keruh, pastilah mereka akan menjawab “tidak”.

 

Kesimpulan: Qur’an mengajarkan beberapa hal sebagai berikut:

Bumi itu rata, terbentang seperti permadani dan dipancangkan dengan gunung-gunung.

Matahari mempunyai jalur yang jelas yang melewati hari, lalu tenggelam di dalam sebuah sumber air keruh dan pergi ke tahta Allah.

Lalu matahari terbit kembali di tempat yang khusus.

Kecuali untuk lima “bintang itu”planet, bintang-bintang yang lain hanya bergantungan seperti lampu.

Muhamad mengajarkan pada umat Islam awal bahwa ini merupakan sebuah kebenaran yang sesungguhnya, bukan merupakan sbeuha perumpamaan.

 

Tujuan dari adanya Bintang dan Meteor

“Surga yang paling rendah mempunyai lampu “bintang”, dan ‘Kami telah menciptakan (lampu) seperti peluru untuk mengusir bangsa Setan, dan telah mempersiapkan untuk mereka Lautan Api Abadi.”’ Sura 67:5

“Penciptaan bintang-bintang ini berdasarkan tiga tujuan, contohnya sebagai dekorasi untuk langit, sebagai peluru-peluru untuk mengusir setan, dan sebagai tanda untuk mengarahkan para musafir. Maka, jika banyak orang mencoba untuk menemukan sebuah interpretasi yang berbeda, ia akan sia-sia dan membuang banyak energi saja…” Bukhari vol.4 buku 54 bag.3 sebelum no.421 hal.282.

 

Pucuk bintang-bintang tersebut terkadang digunakan untuk dilemparkan ke roh jahat yang ingin mengetahui rahasia surgawi. Sahih Muslim vol.1 buku 4 no.902 dan catatan kaki 674 hal.243.

 

Pucuk drai bintang-bintang itu juga digunakan untuk menghajar para malaikat yang bandel sebelum mereka menyebarkan apa yang telah mereka dengar. Terkadang para malaikat yang nakal itu sebelumnya bercerita dulu pada tukang ramal sebelum mereka dihukum. Ibn-i-Majah vol.1 buku 1 no.194 hal.110.

 

Meteor digunakan untuk menyerang jin. Sahih Muslim vol.4 buku 24 no.5538 hal.1210

 

Bintang-bintang digunakan untuk melawan Setan. al-Tabari vol.1 hal.223

 

Muhamad membelah Bulan menjadi Dua

 

“Permintaan dari pennyembah berhala pada Nabi yaitu untuk menunjukkan mereka sebuah keajaiban. Nabi menunjukkan pada mereka bulan yang terbelah dua. Diceritakan oleh Abdulah bin Massud: Selama hidup Nabi baru ini bulan dibelah menjadi dua dan itulah yang dikatak oleh Nabi,’yang menjadi saksi dari ini (untuk ini)’” Bukhari vol.4 buku 56 bag.26 dan vol.4 buku 56 bag.26 no.830 hal.533.

 

“Diceritakan oleh Anas bahwa orang Mekah meminta Rasullulah untuk menunjukkan mereka suatu keajaiban dan ia menunjukkan mereka bulan yang terbelah.” Bukhari vol.4 buku 56 bag.26 no.831 hal.533.

 

“Diceritakan Ibn’Abbas: Bulan telah terbelah menjadi dua bagian selama Nabi hiduhal.” Bukhari vol.4 buku 56 bag.26 no.832 hal.534.

 

Membelah bulan. Bukhari vol.6 buku 60 bag.225 no.290 hal.273 dan catatan kaki 1 hal.273; vol.6 buku 60 bag.287 no.387-391 hal.365-366; vol.6 buku 60 bag.261 no.345,349 hal.331; Bukhari vol.6 buku 60 bag.265 no.368-370 hal.331,336

 

Pembelahan bulan. Sahih Muslim vol.4 buku 37 no.6721,6724-6730 hal.1467-1468

 

Sura 54:1 mengatakan, “Waktu yang diputuskan adalah malam hari, dan bulan dipecahkan menjadi dua potongan. (edisi revisi Yusuf Ali)

 

Perlu dicatat bahwa dipecahkan menjadi dua potongan berarti membelahnya menjadi setengah, dan kata kerja disini yaitu menggunakan tensis masa lampau. Sayangnya kami tidak mempunyai dokumentasinya dari orang-orang yang ada di seluruh dunia, termasuk oleh bangsa Mesir, Siria atau Persia yang melihat bulan tersebut terbelah menjadi dua. Qur’an dan Hadist tidak mengatakan bagaimana bulan tersebut dapat berstau kembali.

 

Catatan kaki Yusuf Ali no. 5128 mengatakan,”Tiga penjelasan diberikan dalam Mufradat dan berharap ketiganya itu dapat diperlihatkan disini: (1) bahwa bulan pernah sekali-kalinya terpecah menjadi dua potongan di lembah Mekah yang disaksikan oleh penglihatan Nabi, pengikutnya, dan beberapa orang yang tidak percaya; (2) bahwa tensis masa lampau mengindikasikan masa depan, potongan bulan tersebut menjadi tanda atau simbol yang diputuskan; dan (3) bahwa frse kalimat itu bentuknya perumpamaan, dalam arti tersebut terdapat masalah dimana telah bulan secara jelas diartikan sebagai bulan yang sebenarnya. Bahwa yang pertama diperlihatkan oleh orang-orang kontemporer, termasuk orang-orang yang tidak percaya, jelas terlihat dari ayat 2. Yang kedua merupakan sebuah insiden gangguan dari system tata surya dalam New Creation: Cf. lxxv. 8-9.”


Contoh Tanggapan dalam Qur’an?

 

Sedikit melupakan ayat sebelumnya, mari kini kita diskusikan ayat-ayat lain dalam Qur’an yang menurut beberapa orang Islam hal tersebut dipercaya mendukung teori modern tentang astronomi. Untuk adilnya, inilah ayat-ayat yang mereka anggap berhubungan, berikut juga dengan respon untuk ayat-ayat dibawah ini.

 

Sura 7:54 “…Ia menggambarkan malam sebagai penutup hari, dimana setiap mereka mencari yang lain dengan mudah…”

Respon, pagi dan malam mengikuti yang lain dan hal itu benar adanya, tapi tidak mengatakan apapun tentang ilmu pengetahuan dan astronomi dimana orang-orang zaman dahulu tidak ketahui.

 

Sura 13:2a dan Sura 31:10 keduanya mengatakan bahwa Allah membangun surga dengan pilar/tiang yang mana kamu dapat lihat.”

Respon: Sementara tidak semua nenek moyang atau orang-orang zaman dahulu percaya bahwa surga dibangun dengan pilar/tiang, ini mengartikan bahwa Allah tidak mempunyai tiang yang dapat terlihat yang dapat dilihat.

 

Sura 13:2b “…Ia telah menetapkan matahari dan bulan! Dimana tiap dari mereka berlarian (mempunyai periode) sesuai yang telah ditetapkan.”

Respon: Dua-duanya, baik matahari dan bulan mempunyai aturannya sendiri yang dapat diamati semua orang termasuk orang primitif.

 

Sura 21:30 “Jangan biarkan orang Yang tidak percaya melihat bahwa surga dan bumi menjadi satu (seperti satu ciptaan yang utuh), sebelum kami (Allah) membelah mereka menjadi dua?” Umat Islam melihat hal ini sebagai antisipasi Qur’an dari teori Big Bang.

Respon: Orang Mesir Kuno, orang Hindu Arya, dan yang lainnya percaya bahwa surga dan bumi berstau sebelum dipisahkan. Maka bahwa dengan dikatakannya bumi dan surga bersatu, hal itu lebih seperti mitos kuno daripada teori big bang.

Sura 21:33 “semuanya (benda angkasa) mengorbit bersama, ditiap garisnya 2695 mengitari jalurnya. Catatan kaki 2695 dari terjemahan Yusuf Ali ini mengandung permainan. Dikatakan,”Saya telah mengindikasikan, tak seperti penterjemah yang lain, perumpamaan berenang menyatakan dalam kata yang sebenarnya…”

Respon: Kata dalam bahasa Arab diartikan sebagai “berenang” seperti yang Yusuf Ali telah terjemahkan dengan benar, seperti yang ditunjukkan oleh al-Tabari vol.1 hal.235; al-Tabari vol.1 hal.236. Ayat ini juga berbicara tentang matahari dan bulan, bukan yang lainnya, maka tidaklah benar jika menaruh (benda angkasa) dalam terjemahan dan dimasukkan dalam kurung. Qur’an tidak mengatakan ada benda angkasa yang mengorbit dilangit kecuali matahari, bulan, dan planet-planet.

 

Sura 21:104 “Hari dimana Kami menjadikan langit seperti gulungan”.

Respon: Hal ini sungguh tak jelas menurut saya bagaimana ini dapat digunakan untuk mengantisipasi astronomi modern, tetapi istri pertama Muhamad membawanya untuk mnedengarkan pengajaran dari seorang Kristen, dan Alkitab dalam Wahyu 6:14 dan Perjanjian Lama dalam Yesaya 34:4. Namun, umat Kristen umumnya tidak mencoba untuk mencocokkan astronomi modern dengan Wahyu 6:14.

 

Sura 22:65 “…Ia menahan langit2847 agar tidak jatuh ke bumi kecuali oleh kelalaianNya…” catatan kaki Yusuf Ali no. 2847 mengatakan bahwa kata samaa ini dapat berarti (1) sesuatu yang tinggi, (2) senuah akar, sebuah langit-langit, (3) langit, atap langit, (4) awan atau hujan. Ia mengatakan ia mengerti arti yang terakhir ini, walau banyak penulis menterjemahkannya sebagai “langit”.  

Respon: Demikian menurut banyak penulis kata “langit” dianggap sebagai kata yang paling tepat dan konsisten dengan adanya pandangan bahwa bumi ini datar. Maka sementara kita tidak dapat mengatakan bahwa ayat ini secara jelas membuktikan dalam Qur’an dikatakan bahwa bumi ini datar, karena ambiguitas dari bahasa Arab, ayat ini tentunya tidak dapat digunakan unutk membuktikan sebuah pandangan modern yang ilmiah dalam Qur’an. 

 

Sura 25:61-62 “Berkati bagi Dia yang membuat perbintangan dalam langit, dan menempatkan sebuah lampu didalamnnya dan memberikan bulan sbeuah penerangan. Dan itulah Ia yang menciptakan malam dan siang untuk mengikuti setiap lainnya…”

Respon: Menyebut matahari sebagai sebuah lampu tidak membuktikan Qur’an memiliki pandangan ilmiah. Siang dan malam mengikuti yang lainnya adalah benar, tapi hal ini sesuatu yang mungkin orang kuno pun dapat mengetahuinya. 

 

Sura 27:88 “…Pegunungan ini yangkamu lihat dan kamu pikir akan berdiri dengan kokoh, akan akan bergeser seperti awan…” (Malik) these mountains which you see and think are firmly fixed, will pass away like clouds…” (Malik) Seorang Pembela Islam rupanya percaya ini menyingggung rotasi bumi.

Respon: Ayat sebelumnya ini menyebutkan pernyataan terakhir, maka konteksnya adalah akhir zaman, bukan saat ini.

 

Sura 29:44 mengatakan bahwa penciptaan langit dan bumi merupakan sebuah tanda bagi mereka yang percaya. 

Respon: Penciptaan langit dan bumi menunjukkan keagungan Tuhan menurut Mzm 8:1,3,5; Mzm 19:1-6. Mohammad telah mengetahui tentang Mazmur (zubur) Daud, maka tak ada berita disini.

 

Sura 31:29, Sura 35:13, Sura 36:37, dan Sura 39:5 semuanya mengatakan Allah merubah malam menjadi siang dan siang menjadi malam. Ini juga mengatakan matahari dan bulan yang keduanya mengorbit pada jalurnya masing-masing. Sura 55:5 juga mengatakan matahari dan bulan mengorbit di jalurnya yang telah ditentukan.

Respon: Tak ada yang dapat dianjurkan  bahwa ini bukanlah jalur matahari dan bulan di langit. Hal ini diketahui dan diamati oleh manusia kuno, juga orang primitif. Mengatakan sebuah kebenaran yang walaupun para penyembah berhala telah percaya bahwa Qur’an itu salah. Namun, mengulangi pengetahuan masyarakat dalam tak ada yang membuktikan Qur’an memprediksi pengetahuan ilmiah modern.

 

Sura 51:47,48 “Kami telah membangun cakrawala dengan kekuatan: dan Kami pastinya mempunyai kekuatan yang besar. Dan kami telah membentangkan bumi yang luas: Betapa hebatnya Kami yang membentangkan itu!” (Yusuf Ali). Terjemahan lain mengatakan “seperti permadani”.

Respon: Membentangkan bumi, yang mana beberapa orang ketahui seperti pengajaran tentang bumi yang datar, juga tidak membuktikan bahwa Qur’an telah mengajarkan teori ilmiah yang modern. Sepebagai seorang non-Islam, saya ingin mengakui hal ini mungkin tidak mengajarkan kesalahan bahwa bumi ini datar, tetapi lebih kepada pengungkapan yang puitis. Umat Islam telah menggunakan ini untuk mengatakan bahwa Qur’an mengajarkan keseluruhan perluasan teori big bang. Faktanya adalah bahwa Tuhan membentangkan langit yang bukan secara khusus berarti teori big bang, dan pernyataan Tuhan merentangkan langit hal ini ada dalam Alkitab dalam Yesaya 42:5. Namun, umat Kristen tidak mencoba untuk referensi yang tidak jelas ini untuk membuktikan antisipasi teori big bang.

 

Sura 55:33 menyebutkan daerah di bumi yang manusia dan jin tidak dapat melewati alam baka tanpa adanya wewenang dari yang berkuasa.

Respon: Daerah di bumi tidak mengajarkan geografi modern, walaupun ini sedikit mengatakan seperti monster laut atau rintangan yang lain yang menjaga orang-orang yang bepergian kebelahan bumi lainnya. Seperti juga daerah di langit yang jauh berbeda dari itu, kecuali kalau Muhamad dan tradisi Yahudi berbicara tentang tujuh tingkat langit. 

 

Sura 71:15-16 “Lihatlah kau semua bukan bagaimana Allah menciptakan ketujuh langit yang bertingkat, dan yang menciptakan bulan dengan terangnya ditengahnya, dan menciptakan matahari sebagai sebuah lampu yang (megah)?” Hal ini dinyatakan oleh beberapa umat Islam bahwa tujuh lapisan atmosfir bumi (troposfer, stratosfer, dan lainnya) merupakan ketujuh langit itu. 

Respon: Disamping ketujuh langit yang menjadi hal yang umum bagi tradisi Yahudi, menyebutkan bulan sebagai terang dan matahari sebagai lampu tidak menunjukkan adanya pandangan ilmiah yang modern, walau hal ini tidak salah jika ini diartikan sebagai ungkapan puitis semata. Juga, jika ketujuh langit merupakan tujuh lapisan atmosfer bumi, hal itu akan salah jika mengatakan matahari, bulan, dan bintang berada di langit.

Sebagai catatan tambahan, walau Alkitab tidak pernah menyebutkan ketujuh langit itu, banyak mitos-mitos tradisional yang beraneka ragam menyebutkan ketujuh langit itu: 2 Enoh 20:1; 20:1 hal.134-135; Kematian Martir dan Kenaikan Isa 7:8; 9:1,6; 10:17; Perjanjian Dua Belas Rasul bag.3.3 hal.13. 3 “Baruch” 11:1 hal.675 menyebutkan 5 langit, walau tidak dikatakan semuanya ada. Maka walaupun hal itu merupakan suatu keajaiban yang ilmiah bahwa Muhamad menyebutkan ketujuh langit sama halnya dengan ketujuh lapisan atmosfer bumi, ini akan menjadi keajaiban yang lebih hebat yang sebelumnya menyebutkan tujuh langit itu juga.

 

Sura 86:1-3 “Dari langit dan dari datangnya malam, dan apakah yang dapat dijelaskan pada kamu arti dari datangnya malam itu? Itu adalah terang yang tajam drai bintang-bintang. (Seperti halnya Kuasa Allah yang menjaga bintang-bintang ini dalam galaksi) melewati setiap jiwa yang mana beserta mereka malaikat pelindung.” (Malik)

Beberapa umat Islam menyatakan hal ini mengajarkan bahwa matahari adalah bintang.

Respon: Terdapat dua hal yang perlu dicatat: a) matahari tidak disebutkan disini, dan b) segala sesuatu yang di dalam kurung telah ditambahkan dalam terjemahan bahasa Inggris, hal itu bukan bahasa Arab yang asli!

Yusuf ‘Ali (edisi revisi) memberikan terjemahan yang lebih akurat lagi disini. “Dari langit6067 dan dari datangnya malam6068 (didalamnya); Dan apa yang akan dijelaskan pada engkau semua apa itu Datangnya Malam? –(Ini adalah) bintang yang terangnya sangat tajam; - tidak ada jiwa tetapi memiliki pelindung disekitarnya.6069

 

Catatan kaki Yusuf Ali no. 606 mengatakan ,”…Bintang yang bersinar terang dan tajam’ diartikan oleh beberapa orang sebagai Bintang Pagi, oleh yang lainnya disebut sebagai planet Saturnus, dan oleh yang lainnya lagi menjadi Sirius, atau Plaides atau bintang bertunas. Saya pikir yang terbaik yaitu mengambil kata “bintang” dalam pengertian yang berkelompok atau yang lebih umum, untuk sinar bintang yang ada setiap malamnya, dan terangnya yang tajam yang paling terlihat digelapnya malam.”

 

Beberapa Interpretasi Sungguh Tidak Dari Dunia ini !

 

Ini adalah beberapa pandangan beberapa umat Islam yang direkam dalam http://debate.org.uk/topics/history/interprt.htm. Situs ini juga mempunyai informasi yang baik.

 

“Ambil contohnya Muhammad Hanafi al-Banna yang menemukan kiasan tentang pesawat terbang (Sura 17:1), satelit buatan (Sura 41:53), perjalanan antar planet (Sura 55:33), dan bom hidrogen (Sura 74:33-38) (Jansen 1980:48).

 

Demikian, hal ini tidaklah mengagetkan ketika manusia seperti Muhammad Kamil Daww menulis bahwa keajaiban “ilmiah” yang ada dalam Qur’an lebih hebat dari keajaiban dari kepandaian yang tidak cocok itu. Ini memberikan kejelasan pada Muhamad, dan karenanya sebuah pembenaran untuk semua pernyataan dalam Qur’an. 

Saat ini orang lebih mengetahui pada penjelasan ilmiah yang dipopulerkan oleh seorang dokter berkebangsaan Perancis Maurice Bucaille. Dalam bukunya The Bible, The Qur’an and Science, ia mencari hal-hal untuk membeberkan ketidakilmiahan Alkitab sementara juga disaat yang sama ia sedang mengangkat status Qur’an dengan menggunakan criteria yang sama.”

 

Tetapi Beberapa Umat Islam lebih Membumi

 

Hal ini pasti menyebutkan bahwa banyak umat Islam tidak mempunyai interpretasi sebelumnya. Beberapa orang melihat ayat-ayat ini yang secara sederhana mengatakan dengan mudah benda-benda yang diamati di langit.

 

Muhamad mengatakan:”Mengulang dari yang kalian bicarakan tentang saya kecuali apa yang kalian ketahui.

Siapapun yang berbicara bohong tentang saya secara sengaja, semoga dia menyiapkan sebuah tempat dalam api neraka dan siapapun yang menafsirkan Qur’an dengan pendapatnya sendiri semoga dia menyiapkan tempatnya dalam Api neraka bagi mereka.”  Tirmiz EE, Tefsir 1, (2951) (sumbangan)

 

“Tidak setuju, Kami menantang suatu Kebenaran melawan Kebohongan, dan hal itu mengetuk pemikirannya, dan lihatlah kebohongan itu akan hancur! Oh! Terkutuklah kalian semua karena kebohongannya yang berasal dari Kami.” Sura 21:19

 

Jika semua orang secara sengaja berbohong pada Muhamad, maka tempat mereka nanti yaitu di Neraka. Abu Dawud vol.3 bag.1372 buku 19 no.3643 hal.1036. Juga dalam Bukhari vol.2 buku 23 bag.33 no.378 hal.212-213

 

“...Dan siapapun yang cenderung menganggap sesuatu berasa dariku [Muhamad] dengan berbohong, ia akan berada di Api (Neraka).” Bukhari vol.8 buku 73 bag.109 no.217 hal.139-140.

 

Sebuah kesaksian palsu sama dengan anggapan yang berasal dari umat Allah. Ibn-i-Majah vol.3 buku 13 no.2372 hal.414

 

Pandangan Uamt Islam dan Responnya

 

1. Qur’an lebih dulu dibanding ilmu pengetahuan modern : matahari dan bulan berada di orbit dan rotasi disepanjang axis mereka (Sura 21:33; 36:27-40). Qur’an juga mengajarkan teori big bang (Sura 21:30; Sura 51:47,48). Bahasa Arab falak berarti “orbit”. Para astronom mengatakan pada kita bahwa matahari mengorbit ke pusat galaksi setiap 250 juta tahun atau seperti itulah. Bahasa Arab yasbahuna (dari sabaha) berarti rotasi pada axisnya.

 

1 Respon: Sebenarnya ini merupakan pemikiran yang diharapkan untuk dua alasan.

1) Kata-kata tersebut tidak jelas: falak merupakan bahasa Arab yang berarti jalur, sama halnya dengan orbit, dan yasbahuna dapat berarti mempercepat, walau arti yang secara langsung adalah berenang.

2) Mohammad mengatakan pada kita secara jelas apa artinya hal-hal itu, dan itu berarti matahari dan bulan bepergian keseluruh bumi, mengendarai sebuah kereta menyeberangi langit yang ada dibumi.

 

Satu lagi, ini adalah dua sumber tentang apa yang Muhamad katakan.

 

“Tuhan menciptakan sebuah lautan dengan tiga fasrakh (18 km) yang dipindahkan dari surga. Ombak yang menggumpal itu, tetap kokoh berdiri karena kuasa Tuhan. Tak ada yang bocor. Semua lautan itu tidak bergerak, tetapi lautan itu mengalir dengan cepat seperti arah anak panah. Yang walaupun memang lautan itu dapat bergerak bebas diudara, seperti tali yang diayunkan dalam satu area diantara barat dan timur. Matahari, bulan, dan kelima bintang itu berlarian dalam gelombang yang dalam. Hal ini merupakan (diartikan) Firman Tuhan. ‘Masing-masing berenang dalam sebuah lintasan’. ‘Lintasan’ merupakan sirkulasi dari kereta yang dikendarai itu dalam gelombang yang sangat dalam drai lautan itu.”  al-Tabari vol.1 hal.235

 

Diceritakan oleh Abu Dahr: Nabi menanyaiku ketika matahari terbenam,’Apakah kamu tahu kemana perginya matahari (saat matahari terbenam)?” Aku jawab,”Allah dan RasulNyalah yang lebih mengetahuinya.” Ia mengatakan, “Matahari itu pergi (seperti contoh, bepergian) sampai ia lelah dan bersandar di tahta Allah, dan meminta izin untuk terbit kembali, dan hal itu diperbolehkan dan mereka (waktu yang akan datang) yang nantinya akan lelah tapi saat itu tidak diperbolehkan lagi untuk matahari dapat lelah,…” Bukhari vol.4 buku 54 bag.4 no.441 hal.283. Sahih Muslim vol.1 buku 1 bag.73 no.297-300 hal.95-96 yang juga mempunyai banyak hal-hal yang detil dalam percakapan antara Muhamad dan Abu Dahr.

 

2. Qur’an menyebutkan orbit matahari yaitu mengitari pusat galaksi kita.

2 Respon: Matahari tidak mempunyai orbit yang independen dalam galaksi kita. Jika Qur’an berusaha mengajarkan mengenai ilmu pengetahuan modern, sebaiknya mengatakan bahwa matahari, bulan, bumi, dan kelima bintang itu semuanya mengorbit dalam galaksi secara bersamaan. 

Lagi, kita juga mengetahui secara pasti apa yang Muhamad maksud, karena ia mengatakan pada kita, seperti yang ada dalam salinan Bukhari vol.4 buku 54 bag.4  no.441 hal.283 dan al-Tabari vol.1 hal.235.

 

3. Tempat beristirahat matahari berarti matahari bersinar dibelahan bumi lain.

 

Lagi, kita juga mengetahui secara pasti apa yang Muhamad maksud, karena ia mengatakan pada kita, seperti yang ada dalam salinan Bukhari vol.4 buku 54 bag.4  no.441 hal.283 dan al-Tabari vol.1 hal.235.

 

4. Tempat beristirahat matahari berarti Akhir dari matahari.

4 Respon: Tipe orang yang membaca ini, dalam bahasa lain, akan berpikir dan mengarah pada sebuah periode perputaran, bukan akhir dari matahari.

 

5. Bentuk bahasa: matahari, bulan, dan kelima planet mempunyai jalurnya di langit. Ayat-ayat ini dimaksudkan tidak untuk mendukung atau menentang ilmu pengetahuan modern, tetapi hanya merupakan ungkapan puitis saja yang mengatakan Allah berada dibelakang apa yang manusia secara alami ingin amati. 

5 Respon: Hal ini akan terlihar masuk akal, kecuali untuk apa yang telah ditulis Bukhari dan al-Tabari tentang hal ini adalah salah, yang lalu kriteria apa yang tepat unutk mengatakan bahwa semua hal itu adalah benar. 

.

Kesimpulan

 

Beberapa (tidak semua) umat Islam mencoba menggunakan ayat-ayat ini untuk membuktikan keakuratan ilmiah yang ada dalam Qur’an. Kalau anda melihat sebuah kesalahan dalam diskusi ini, hal ini secara intelektual tidak jujur dalam mencoba menyatakan ini hal ini membuktikan adanya keakuratan ilmiah dalam Qur’an. Yang sebenarnya, beberapa ayat-ayat ini bertentangan dengan apa yang kita ketahui tentang ilmu pengetahuan modern, kecuali kalau anda memahami ayat-ayat ini sebagai bentuk bahasa yang puitis semata. Namun, Bukhari dan al-Tabari menunjukkan hal ini dipahami sangat-sangat secara literatur. Matahari dan bulan berenang di langit melintasi bumi.

 

Namun, yang paling penting di dunia ini bukanlah pada apa yang kamu tahu, tetapi siapa yang kamu tahu. Ini bukan pada teori mana dari manusia yang kamu percaya, tetapi apakah kamu mengikut pada apa yang telah dinyatakan oleh Tuhan yang Sejati. Setiap hal dalam astronomi dari zaman dahulu sampai abad kesembilan belas telah memiliki banyak kekeliruan. Siapa yang mengatakan bahwa di masa depan manusia tidak akan mengatakan hal yang sama tentang pandangan ilmiah kita? Satu cara yang kita tahu apa yang benar yaitu melalui apa yang Tuhan telah nyatakan pada kita. Kita harus percaya bahwa Tuhan akan menggenapi apa yang kita perlu tahu, dan bahwa Ia akan lindungi arti dari wahyuNya.   

  

Daftar Pustaka: Terjemahan Qur’an

 

1. Arberry, Arthur J. The Koran Interpreted. Macmillian Publishing Co., Inc. 1955.

 

2. Dawood, N.J. The Koran. Penguin Books. 1956-1999.

 

3. Malik, Farooq-i-Azam. English Translation of the Meaning of AL-QUR’AN : The Guidance for Mankind. The Institute of Islamic Knowledge. 1997

 

4. Pickthall, Mohammed Marmaduke. The Meaning of the Glorious Koran. Dar al-Islamiyya (Kuwait) (tanggal tak diketahui)

 

5. Rodwell, J.M. The Koran. Edisi pertama. Ivy Books, dipublikasikan oleh Ballantine Books. 1993.

 

6. Shakir, M.H. The Qur’an. Tahrike Tarsile Qur’an, Inc. 12th U.S. Edition 2001.

 

7. Sher Ali, Maulawi. The Holy Qur’an. Islam International Publications Limited (Ahmadiyya) 1997

 

8. Yusuf ‘Ali, Abdullah. The Holy Qur-an : English translation of the meanings and Commentary. Revisi dan pengeditan oleh Kelompok Peneliti Islam, IFTA. Percetakan lengkap King Fahd Holy Qur’an. (Al Madina Saudi Arabia) 1410 A.H.

 

Referensi Lain

 

Campbell, Dr. William. The Qur’an and the Bible in the Light of History and Science (2nd edition). Kementrian Dunia Arab. 2002.

 

The Translation of the Meanings of Sahih Al-Bukhari Arabic-English Vol.1 oleh Dr. Muhammad Muhsin Khan. Islamic University, Al-Medina Al-Munawwara AL MAKTABAT AL SALAFIAT AL MADINATO AL MONAWART

Tak ada tanggal, tak ada salinan..

 

The History of al-Tabari : An Annotated Translation. Ehsan Yar-Shater, Editor Umum. State University of New York Press 1989-.

 

http://debate.org.uk/topics/history/interprt.htm

 

 

Lampiran – Terjemahan Sura 36:38-40

 

“Dan matahari berlarian menuju sebuah masa yang telah ditentukan untuk itu; itulah sabda Pencipta, Yang Maha Tahu. (39) dan (seperti) bulan, Kami telah mentakdirkan bulan memancar sampai ia berubah lagi seperti kulit pohon palem yang mongering. (40) Apakah ini diperbolehkan untuk matahari mendekati bulan, atau dapat malam melewati siang; dan semua melayang-layang di angkasa.” Terjemahan dari M.H. Shakir

 

Terjemahan Pickthall mempunyai satu jumlah ayat lebih rendah. 

“(37) Dan matahari berlarian menuju tempat peristirahatannya. Itulah tindakan Pencipta, Yang Maha Bijak. (38) Dan bagi bulan Kami telah menjanjikan sebuah rumah peristirahatan sampai ia kembali seperti sehelai daun palem tua yang kering.” (39) Hal ini bukan untuk matahari yang mendekati bulan, juga bukan sebaliknya malam melewati siang. Mereka semua masing-masing melayang-layang dalam sebuah orbit.” (Diterjemahkan oleh M.M. Pickthall)

 

(38) Dan sebuah Tanda bagi mereka yaitu malam yang mana Kami kosongkan siang, dan lihatlah! Mereka berada dalam kegelapan. (39) Dan matahari menggerakan julurnya yang memang sudah dirancang untuk itu. Itulah Firman Yang Kuasa, Tuhan Yang Maha Tahu.” Diterjemahkan oleh Maulawi Sher Ali (Ahmadiyah)

 

(36:37-40) Tanda lain bagi mereka adalah malam; ketika Kami menghilangkan teriknya siang dari itu, dan lihatlah mereka berada dalam kegelapan. Matahari berlari pada jalurnya, jalurnya ini telah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa, Yang Maha Tahu. Seperti bulan, Kami telah merancang bentuk untuk matahari sampai ia menjadi lagi seperti daun pohon palem yang kering. Apakah ini mungkin bagi matahari untuk mendekati bulan, atau tidak juga malam akan melewati siang; yang mana masing-masing melayang-layang diudara pada orbitnya masing-masing.” Diterjemahkan oleh Muhammad Farooq-i-Azam Malik.

 

(37) Dan sebuah tanda bagi mereka yaitu Malam: Kami telah menghilangkan siang, dan lihatlah mereka berada dalam kegelapan; (38) Dan matahari pergi ke tempat peristirahatan, Baginya: itulah Sabda Yang Mulia, Maha Tahu. (39) Dan bulan, - Kami telah atur untuk pemberhentiannya (untuk melintasi) sampai ia kembali seperti sebuah tangkai yang busuk dan layu. (40) Hal ini tidak diperbolehkan bagi matahari untuk mendekati bulan, atau juga tidak dapat malam melewati siang: Masing-masing berenang menyusuri orbitnya masing-masing (sesuai dengan hukumnya).

(Qur’an yang diterjemahkan oleh Yusuf Ali (hal.1326-1327) Revisi dan edit oleh Kelompok Peneliti Islam, IFTA. Percetakan Lengkap King Fahd Holy Qur-an.)

 

(37) Dan sebuah tanda bagi mereka yaitu malam, Kami telah menghilangkan siang, dan lihatlah mereka terperanjak dalam kegelapan; (38) Dan Matahari mengorbit dalam sebuah periode yang telah ditentukan untuknya: yang mana itulah sabda dariNya, Yang Mulia, dan Maha Tahu. (39) Dan bulan –Kami telah ukurkan untuk tempat tinggalnya13 (untuk melintasi) sampai ia kembali seperti sebuah tangkai yang busuk dan layu.” (40) Hal ini tidak diperbolehkan bagi Matahari untuk mendekati bulan, juga tidak boleh malam melewati siang: masing-masing melayang-layang menyusuri orbitnya masing-masing17 (sesuai dengan hukum).

Catatan kaki no.17 mengatakan “Sirkuit, jalur”

Diterjemahkan oleh Abdullah Yusuf Ali dipublikasikan oleh  MILLAT Book Centre

 

Ini berbeda dari revisi sebelumnya dalam terjemahan Yusuf Ali dalam “pada sebuah periode yang telah ditentukan untuknya” versus “kedalam tempat peristirahatan, baginya” dan “tempat pemberhentian” versus “rumah yang besar”

 

“Dan sebuah tanda bagi mereka yaitu malam; Kami menghilangkan siang dan lihatlah mereka berada dalam kegelapan. Dan matahari –ia pergi menuju tempat peristirahatannya yang tetap; yang mana hal itu adalah takdir dari Yang Maha Kuasa, Maha Tahu. Dan Bulan –Kami telah menentukan tempat pemberhentiannya, sampai ia kembali seperti pohon palem yang sudah tua. Tindakan ini bukan berarti matahari yang mendekati bulan, atau juga malam yang melewati siang, masing-masing mereka melayang-layang di angkasa.” Terjemahan dari A.J. Arberry.

 

“Sebuah tanda bagi mereka yaitu malam. Kami menghilangkan siang dari itu, dan lihatlah! Mereka berada dalam kegelapan; dan matahari mempercepat kepergiannya menuju tempat peristirahatannya. Ini, adalah takdir dari Yang Kuasa, Maha Tahu! Dan seperti juga pada bulan, Kami telah mensabdakan sebuah tempat pemberhentian untuknya, sampai ia berubah seperti sebuah pohon palem tua yang mengerut. Bagi matahari tidak boleh mendekati bulan, yang juga malam tidak boleh melewati siang; tetapi setiap dari mereka dalam lintasannya akan mengorbit.” Terjemahan Qur’an dari J.M. Rodwell.

 

“Malam merupakan tanda lain bagi manusia. Dari malam Kami mengangkat siang –dan mereka berada dalam kegelapan. Matahari mempercepat perjalanannya menuju tempat peristirahatan; jalurnya telah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa, Maha Tahu. Kami mentakdirkan sebuah tahapan atau bentukan untuk bulan, yang mana semakin hari akan menyusut dan akhirnya akan seperti ranting tua yang berkerut. Matahari tidak diperbolehkan mendekati bulan, dan malam pun tidak boleh melebihi siang. Masing-masing berada dalam orbitnya sendiri.” Terjemahan Qur’an oleh N.J. Dawood.

 

http://www.submission.org/efarsi/arabic/sura36.html mengatakan, “Matahari terbenam ke tempat yang khusus, menurut rancangan Yang Kuasa, Maha Tahu.”